Makalah Feminisme
“sadarlah ,bagunlah,bangkitlah, berjuanglah, menurut petunjuk –petunjuk yang aku berikan itu!Berjuanglah, bangkitlahsehebat –hebatnya, sebab sebagai tadipun telah akukatakana, tiada orang lain dapat menolong wanita melainkan wanita itu sendiri.”
(Ir.sukarno: sarinah, kewajibanwanita dalam perjoangan repukblik Indonesia)
Merdeka..!!!,
Assalammualikum,Wr.Wb
Rasasyukur penulis sampaikan ke pada TuhanYang Maha Esa,dengan segala kuasa penulis mampu menyelesikan makalah inisebagai syarat untuk mengikuti perkuliahan pasca sarjana.
Penulisanmakalah ini berdasarkan dari beberapa sumber melakukan pendampingaik, mediabuku maupun surat kabar.walaupun masih Secara singkamengurangi subtansi daripada pemikiran tentang teori feminisme di kalangan peregerakan perempuan. Selainitu mungkin didalam penulis menguraikan kata-kata yang kurang tepat sebelumnyasaya mohon maaf,Dan saya ucapkan terimakasih kepada kawan – kawan, kerabat danrekan – rekan semua baik di di Gerakan Mahasiswa nasional Indonesia yang telahmembantu terselesikannya makalah ini.
Besarharapan penulis untuk bisa berpartisipasi dalam diskusi perkuliahan yangmembahastentang pemikiran – pemikiran feminisme untuk penambahan ilmu sertaruang gerak bagi kaum muda kedepan, oleh sebab itu tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang tidak mempunyai kesalahan yang disengaja maupun tidaksengaja untuk itu penulis memohon kepada pembaca dan panitia yang budiman untukmemberikan saran dan kritik yang akan penulis gunakan sebagai bahan koreksi danketika di dalam penyusunan selanjutnya jadi lebih baik lagi.bermanfaat bagisaya khususnya.
Terimakasih..
Wassalamualikum Wr.Wb
Merdeka..!!!
Jogjakarta , 31 Maret 2012
Penulis makalah
Henny Indarr
Daftar isi
Halaman judul ..................................................................................................... ...........
Kata pengantar ..................................................................................................... ...........
Daftar Isi ..................................................................................................... ...........
Bab I Pendahuluan ................................................................................................................
Bab II ruang lingkup ................................................................................................................
Bab III Pembahasan ................................................................................................................
BabIV Penutup ................................................................................................................
Daftar pustaka ................................................................................................................
latar belakang
Berawaldari rasa ingin tau dan menambah bahan kajian akan permasalahan perempuan yangada.seberapa besar aktivis perempuan memahami akan pergerakan yang di dasarisebuah konsep feminisme, seberapa pengaruknya faham tersebut terhadah peradapansebuah Negara.
Didalamsejarah dunia feminisme telah melahirkan beberapagelombang peregrakan dan tokohperempuan yang kuat dan tangguh.siapa saja perempuan yang telah mendedikasikandirinya dalam perjuangan pada masa itu. Dalam halini penulis akan berusahauntuk mengulasnya berdasarkan literature dari berbagai referensi yang ada.
Batasan penulisan
Agar pembahasan didalam penulisan, mengenai permasalahanyang terjadi tidak menyebar dan terfous maka,pengulasan akan dibatasi pada sejarah dan teori dari pada pemikiran feminismtersebut.
Tujuan dan manfaat
Tujuan
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh feminismeterhadap pergerakan perempuan.
2. Sebagai bahan berbagi pengalaman dan pengetahuantentang permasalahan pergerakan perempuan.
Manfaat
1. Sarana utntuk memperdalam pengetahuan terkait pergerakanperempuan dan pastinya cikalbakal dari pada sejarah lahirnya sebuah fahamfeminisme.
Definisi feminisme merupakan sebuah gerakanperepuan yang menuntut emansipasi ataukesamaan dan keadilan hak pria.[1]padaumumnya orang berprasangka feminisme adalah gerakan pemberontakaan terhadapkaum laki – laki ,upaya melawan pranatasosial yang ada.[2]selanjutnyafeminism bisa juga diartikan sabagai teori dan praktek politik yang membebaskansemua perempuan – perempuan berwarna ,perempuan pekerja,perempuan miskin,perempuan cacat,lesbian,perempuan lanjut usia,sebagaimana barat memperlakukanperempuan kulit putih dengan istimewa.[3]
Feminismepenyebutan untuk tokoh biasanya Feminis
Sejarah Pergerakan feminisme
Feminisme merupakan sebuah gerakan perempuan yang menuntutemensipasi atau biasa kita kenal denagan kesamaan dan keadialan hak dengan laki– laki.feminisme juga terdiri dari beberapa bagian sosial , budaya,pergerakanpolitik, ekonomi,teori – teori dan filosofi moral.kaum feminis distukan daripemikiran bahwa perempuan di masyarakat memeiliki kedudukan yang berbeda denganlaki –laki dan bahwa masyarakat terstruktur atas kepentingan kaum laki – laki,yang merupakan kerugian bagai perempuan. Dan menurut sejarah perkembanganfemisime terbagi menjadi tiga gelombang.Gerakaan feminis pertama kaliberkembang sejak tahun 1800 sampai 1930an. Gelombang pertama ini secara umummemiliki tujuan untuk meningkatkan kesamaan derajat dan hak perempuan denganlaki –laki. Dalam hal ini menyangkut hak pilih. Gelombang kedua merujuk kepadaide- ide dan gerakan –gerakan liberalkaum perempuan. Gelombang ke tiga dimulai sejak awal tahun 1990an.gelombangketiga ini merupakan kelanjutan dari gelombang kedua, dan merupakan darikegagalan di gelombang kedua.
Bentukawal dari pada feminisme menyangkut persamaan hak antara perempuan dan laki –laki, dalam artian persamaan sebagai penduduk dalam kehidupan public dan lebihjauhnya berhubungan dengan persamaan status legal dalam rumah tangga.Ide inimuncul sebagai respon dari pada revolusi Amerika ( 1775 – 1783 )dan revolusiprancis ( 1789 – 1799 ),keduanya mendukung nilai –nilai dari pada kebebasan dankesamaan hak.Feminisme sebagai filsafaat dan gerakan.charles Fouier pada tahun1837.[4]pergerakanyang berpusat di Eropa ini berpindah ke amerika dan berkembang pesat sejakpublikasi john stuart mill,” perempuan sebagai subjek ( the subjection of women) pada tahun 1869[5],perjuangan mereka menandai kelahiran feminism sebagai gelombangpertama.padaawalnya gerakan di tunjukan untuk mengakhiri masa – masa pemasungankebebasan perempuan. Secara umum kaum perempuan ( feminin) merasa di rugikandalam semua bidang dan di nomor duakan oleh kaum laki – laki ( maskulin) dalambidang sosial , pekerjan , pendidikan dan politik khususnya, terutama dalammasyarakat yang bersifat patriarki. Dalam masyarakat tradisioanal yangberorentasi agraris, kaum laki – laki cenderung di tempatkan di depan ,diluarrumah, sementara kaum perempuan di dalam rumah.Mengutip ir.sukarno “ sepertimereka memuliakan istrinya , mereka mencintain sebagai barang yang berharga ,mereka pundi – pundikan sebagai mutiara;” tetapi justru sebagaimana orangmenyimpan mutiara dalam kotak……”[6].situasiini milai mengalami perubahan ketika datangnya faham liberalism di eropa danterjadi revolusi perancis di abadke-18 yang merambah ke amerika serikat danseluruh duia.adanya fundamentalisme agamayang melakukan operasi terhadapperempuan merburuk situasi.dilingkungan golongan nasrani terjadi praktek –praktek dan khotbah – khotbah yang menunjang hal ini ditilik dari banhyakgereja menolaknya , gereja menolak adanya pendeta perempuan, dan beberapa jabatantua” hanya dapat di jabat oleh laki – laki.Pergerakan di eropa untuk “ menaikanderajat kaumperempuan” di usulkan oleh amerika serikat saat terjadi revolusisosial dan politik. Di tahun 1792 Marry woltsonecraff membuat karya tulis yangberjudul “ Mempertahankan hak – hak wanita “ (Vindication of the Right of Woman) yang berisi prinsip –prinsip feminisme dasar yang digunakandikemudian hari. Pada tahun 1830 – 1840 sejalan terhadap pemberantasan praktekperbudakan , hak – hak kaum perempuan mulai diperhatikan dengan adanyaperbaikan dalam jam kerja dan gaji perempuan , diberi kesempatan ikutdalampendidikan , serta hak pilih.menjelang abadke 19 femeinisme lahir menjadigerakan yang cukup mendapatkan perhatian dari para perempuan kulit putihdiEropa.perempuan di Negara – Negara panjajah eropa memperjuangkan apa yangmereka sebut sebagai keterikatan ( perempuan ) universal ( sister hood). Padatahun 1960an munculnya Negara – Negara baru, menjadi awal bagi perempuanmendapatkan hak pilih dan selajutnya ikut ranah politik kenegaraan dengan diikutsertakaannnyaprempuan dalam hak suara parlemen.Gelombang kedua ini dipelopori oleh parafeminis perancis seperti “ Helene Cixious ( seorang yahudi kelahiran aljazairyang kemudian menetap di perancis )dan Julia kristeva ( seorang Bulgaria yangkemudian menetapdi perancis )bersamaan dengan kelahiran dekontruksionis,derridra.Dalam the Laugh of the Medusa cixous mengkritik ogosentrsime yagbanyak di dominasi oleh nilai –nilai maskulin.Banyak feminis individualiskulitv putih , meskipun tidak semua,mengarah objek penelitiannya pada perempuan– perempuan dunia ke tiga,seperti Afrika,asia dan amerika Selatan .
gelombang feminisme di amerika serikat mulailebih keras bergaung pada era perubahan dengan terbitnya buku the feminismMystique yang ditulis oleh betty friedan di tahun 1963. Buku ini ternyataberdampakluas,lebih –lebih setelah betty Friedan membentuk organisasi wanitabernama national organization for women ( NOW )di tahun 1966 gemanya kemudianmerambat kesegala bidang kehidupan serta Dalam bidang perundangan. Gerakan feminisme yangmendapatkan momentum sejarah pada 1960-an menunjukan bahwa sistem sosialmasyarakat modern dimana memiliki struktur yang pincang akibat budayapatriarkal yang sangat kental. Marginalisasi peran perempuan dalam berbagaiaspek kehidupan, khususnya ekonomi dan politik, merupakan bukti konkret yangdiberikan kaum feminis.
Gerakanperempuan atau feminisme berjalan terus, sekalipun sudah adaperbaikan-perbaikan, kemajuan yang dicapai gerakan ini terlihat banyakmengalami halangan. Di tahun 1967 dibentuklah Student for a Democratic Society(SDS) yang mengadakan konvensi nasional di Ann Arbor kemudian dilanjutkan diChicago pada tahun yang sama, dari sinilah mulai muncul kelompok"feminisme radikal" dengan membentuk Women´s Liberation Workshop yanglebih dikenal dengan singkatan "Women´s Lib". Women´s Lib mengamatibahwa peran kaum perempuan dalam hubungannya dengan kaum laki-laki dalammasyarakat kapitalis terutama Amerika Serikat tidak lebih seperti hubungan yangdijajah dan penjajah. Di tahun 1968 kelompok ini secara terbuka memprotesdiadakannya "Miss America Pegeant" di Atlantic City yang merekaanggap sebagai "pelecehan terhadap kaum wanita dan komersialisasi tubuhperempuan". Gema ´pembebasan kaum perempuan´ ini kemudian mendapat sambutandi mana-mana di seluruh dunia. Pada 1975, "Gender, development, danequality" sudah dicanangkan sejak Konferensi Perempuan Sedunia Pertama diMexico City tahun 1975.
Hasil penelitian kaum feminis sosialis telah membukawawasan jender untuk dipertimbangkan dalam pembangunan bangsa. Sejak itu, aruspengutamaan jender atau gender mainstreaming melanda dunia.
Memasukiera 1990-an, kritik feminisme masuk dalam institusi sains yang merupakan salahsatu struktur penting dalam masyarakat modern. Termarginalisasinya peranperempuan dalam institusi sains dianggap sebagai dampak dari karakteristikpatriarkal yang menempel erat dalam institusi sains. Tetapi, kritik kaumfeminis terhadap institusi sains tidak berhenti pada masalahtermarginalisasinya peran perempuan. Kaum feminis telah berani masuk dalamwilayah epistemologi sains untuk membongkar ideologi sains yang sangatpatriarkal. Dalam kacamata eko-feminisme, sains modern merupakan representasikaum laki-laki yang dipenuhi nafsu eksploitasi terhadap alam. Alam merupakanrepresentasi dari kaum perempuan yang lemah, pasif, dan tak berdaya. Denganrelasi patriarkal demikian, sains modern merupakan refleksi dari sifatmaskulinitas dalam memproduksi pengetahuan yang cenderung eksploitatif dandestruktif.
Berangkatdari kritik tersebut, tokoh feminis seperti Hilary Rose, Evelyn Fox Keller,Sandra Harding, dan Donna Haraway menawarkan suatu kemungkinan terbentuknyagenre sains yang berlandas pada nilai-nilai perempuan yang antieksploitasi danbersifat egaliter. Gagasan itu mereka sebut sebagai sains feminis (feministscience).
Aliran feminis
Aliran FeminismeLiberal ialah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasansecara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaanberakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Setiapmanusia -demikian menurut mereka- punya kapasitas untuk berpikir dan bertindaksecara rasional, begitu pula pada perempuan. Akar ketertindasan danketerbelakngan pada perempuan ialah karena disebabkan oleh kesalahan perempuanitu sendiri.[7]Perempuan harus mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalamkerangka "persaingan bebas" dan punya kedudukan setara dengan lelaki.
FeminisLiberal memilki pandangan mengenai negara sebagai penguasa yang tidak memihakantara kepentingan kelompok yang berbeda yang berasl dari teori pluralismenegara. Mereka menyadari bahwa negara itu didominasi oleh kaum Pria, yangterlefleksikan menjadi kepentingan yang bersifat “maskulin”, tetapi mereka jugamenganggap bahwa negara dapat didominasi kuat oleh kepentiangan dan pengaruhkaum pria tadi. Singkatnya, negara adalah cerminan dari kelompok kepentinganyang memeng memiliki kendali atas negara tersebut. Untuk kebanyakan kaumLiberal Feminis, perempuan cendrung berada “didalam” negara hanya sebatas warganegara bukannya sebagai pembuat kebijakan. Sehingga dalam hal ini adaketidaksetaraan perempuan dalam politik atau bernegara. Pun dalam perkembanganberikutnya, pandangan dari kaum Feminist Liberal mengenai “kesetaraan”setidaknya memiliki pengaruhnya tersendiri terhadap perkembangan “pengaruh dankesetaraan perempuan untuk melakukan kegiatan politik seperti membuat kebijakandi sebuah negara”.Dan Tokoh aliran ini adalah Naomi Wolf, sebagai "FeminismeKekuatan" yang merupakan solusi. Kini perempuan telah mempunyai kekuatandari segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan harus terus menuntutpersamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpatergantung pada lelaki. Feminisme liberal mengusahakan untuk menyadarkan wanitabahwa mereka adalah golongan tertindas. Pekerjaan yang dilakukan wanita disektor domestik dikampanyekan sebagai hal yang tidak produktif dan menempatkabwanita pada posisi sub-ordinat. Budaya masyarakat Amerika yang materialistis,mengukur segala sesuatu dari materi, dan individualis sangat mendukungkeberhasilan feminisme. Wanita-wanita tergiring keluar rumah, berkarier denganbebas dan tidak tergantung lagi pada pria.
Akarteori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraaan rasionalitas. Perempuanadalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki, sehingga harusdiberi hak yang sama juga dengan laki-laki. Permasalahannya terletak padaproduk kebijakan negara yang bias gender. Oleh karena itu, pada abad 18 seringmuncul tuntutan agar prempuan mendapat pendidikan yang sama, di abad 19 banyakupaya memperjuangkan kesempatan hak sipil dan ekonomi bagi perempuan, dan diabad 20 organisasi-organisasi perempuan mulai dibentuk untuk menentangdiskriminasi seksual di bidang politik, sosial, ekonomi, maupun personal. Dalamkonteks Indonesia, reformasi hukum yang berprerspektif keadilan melalui desakan30% kuota bagi perempuan dalam parlemen adalah kontribusi dari pengalamanfeminis liberal.
FeminisRadikal,Trend ini muncul sejak pertengahan tahun 1970-an di mana aliran inimenawarkan ideologi "perjuangan separatisme perempuan". Padasejarahnya, aliran ini muncul sebagai reaksi atas kultur seksisme atau dominasisosial berdasar jenis kelamin di Barat pada tahun 1960-an, utamanya melawankekerasan seksual dan industri pornografi. Pemahaman penindasan laki-lakiterhadap perempuan adalah satu fakta dalam sistem masyarakat yang sekarang ada.Dan gerakan ini adalah sesuai namanya yang "radikal". Aliran inibertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibatsistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan objek utama penindasan olehkekuasaan laki-laki. Oleh karena itu, feminisme radikal mempermasalahkan antaralain tubuh serta hak-hak reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme),seksisme, relasi kuasa perempuan dan laki-laki, dan dikotomi privat-publik."The personal is political" menjadi gagasan anyar yang mampumenjangkau permasalahan prempuan sampai ranah privat, masalah yang dianggappaling tabu untuk diangkat ke permukaan. Informasi atau pandangan buruk (blackpropaganda) banyak ditujukan kepada feminis radikal. Padahal, karenapengalamannya membongkar persoalan-persoalan privat inilah Indonesia saat inimemiliki Undang Undang RI no. 23 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam RumahTangga (UU PKDRT). “ Sedangkan feminism post modern lebih mengedepankan,IdePosmo - menurut anggapan mereka - ialah ide yang anti absolut dan antiotoritas, gagalnya modernitas dan pemilahan secara berbeda-beda tiap fenomenasosial karena penentangannya pada penguniversalan pengetahuan ilmiah dansejarah. Mereka berpendapat bahwa gender tidak bermakna identitas atau struktursosial
.Sebaliknya Feminisme Anarkisme lebih bersifat sebagai suatu pahampolitik yang mencita-citakan masyarakat sosialis dan menganggap negara dansistem patriaki-dominasi lelaki adalah sumber permasalahan yang sesegeramungkin harus dihancurkan. Adajuga aliran feminisme marxisme ,Aliran ini memandang masalahperempuan dalam kerangka kritik kapitalisme[8]. Asumsinyasumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi.Teori Friedrich Engels dikembangkan menjadi landasan aliran ini—statusperempuan jatuh karena adanya konsep kekayaaan pribadi (private property).Kegiatan produksi yang semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendri berubahmenjadi keperluan pertukaran (exchange). Laki-laki mengontrol produksi untukexchange dan sebagai konsekuensinya mereka mendominasi hubungan sosial.Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari property. Sistem produksiyang berorientasi pada keuntungan mengakibatkan terbentuknya kelas dalammasyarakat—borjuis dan proletar. Jika kapitalisme tumbang maka strukturmasyarakat dapat diperbaiki dan penindasan terhadap perempuan dihapus.
KaumFeminis Marxis, menganggap bahwa negara bersifat kapitalis yakni menganggapbahwa negara bukan hanya sekadar institusi tetapi juga perwujudan dariinteraksi atau hubungan sosial. Kaum Marxis berpendapat bahwa negara memilikikemampuan untuk memelihara kesejahteraan, namun disisi lain, negara bersifatkapitalisme yang menggunakan sistem perbudakan kaum wanita sebagai pekerja.Berbeda dengan feminisme sosialis merupakan Sebuah faham yang berpendapat "TakAda Sosialisme tanpa Pembebasan Perempuan. Tak Ada Pembebasan Perempuan tanpaSosialisme". [9]Feminismesosialis berjuang untuk menghapuskan sistem pemilikan. Lembaga perkawinan yangmelegalisir pemilikan pria atas harta dan pemilikan suami atas istri dihapuskanseperti ide Marx yang menginginkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpapembedaan gender.
Feminismesosialis muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran ini mengatakanbahwa patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan berubahjika kapitalisme runtuh. Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritikdominasi atas perempuan. Feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dangender untuk memahami penindasan perempuan. Ia sepaham dengan feminisme marxisbahwa kapitalisme merupakan sumber penindasan perempuan. Akan tetapi, aliranfeminis sosialis ini juga setuju dengan feminisme radikal yang menganggappatriarkilah sumber penindasan itu. Kapitalisme dan patriarki adalah duakekuatan yang saling mendukung. Seperti dicontohkan oleh Nancy Fraser diAmerika Serikat keluarga inti dikepalai oleh laki-laki dan ekonomi resmidikepalai oleh negara karena peran warga negara dan pekerja adalah peranmaskulin, sedangkan peran sebagai konsumen dan pengasuh anak adalah peranfeminin. Agenda perjuagan untuk memeranginya adalah menghapuskan kapitalismedan sistem patriarki. Dalam konteks Indonesia, analisis ini bermanfaat untukmelihat problem-problem kemiskinan yang menjadi beban perempuan.sepertihal nyadengan feminism pospokolonial yang Dasar pandangan ini berakar di penolakanuniversalitas pengalaman perempuan. Pengalaman perempuan yang hidup di negaradunia ketiga (koloni/bekas koloni) berbeda dengan prempuan berlatar belakangdunia pertama. Perempuan dunia ketiga menanggung beban penindasan lebih beratkarena selain mengalami pendindasan berbasis gender, mereka juga mengalamipenindasan antar bangsa, suku, ras, dan agama. Dimensi kolonialisme menjadifokus utama feminisme poskolonial yang pada intinya menggugat penjajahan, baikfisik, pengetahuan, nilai-nilai, cara pandang, maupun mentalitas masyarakat. BeverleyLindsay dalam bukunya Comparative Perspectives on Third World Women: The Impactof Race, Sex, and Class menyatakan, “hubungan ketergantungan yang didasarkanatas ras, jenis kelamin, dan kelas sedang dikekalkan oleh institusi-institusiekonomi, sosial, dan pendidikan.”ada juga Kaum Feminis Nordic dalammenganalisis sebuah negara sangat berbeda dengan pandangan Feminis Marxismaupun Radikal.Nordic yang lebih menganalisis Feminisme bernegara atau politikdari praktek-praktek yeng bersifat mikro. Kaum ini menganggap bahwa kaumperempuan “harus berteman dengan negara” karena kekuatan atau hak politik dansosial perempuan terjadi melalui negara yang didukung oleh kebijakan sosialNegara.[10]
Pendapat seorangaktivis gerakan perempuan yang berkecimpung di penanganan permasalahanperempuan pada Konferensi perempuan di Jogjakarta pada tahun 2013 kemerinmengulas akan.Pengalaman ketertindasan perempuan serta pengalaman mereka yangkalah atau dipaksa kalah sampai saat ini masih
berada di dalam ruang gelap sejarah. Untuk menyingkapnya, diperlukan perspektiffeminis dalam penulisan (ulang)
sejarah.
Penulisan sejarah dari perspektif feminis ini menjadi pokok bahasan Ruth IndiahRahayu dari Lingkar Tutur Perempuan
Institut Sejarah Sosial Indonesia dan peneliti Agung Ayu Ratih dalam lokakaryamengenai Historiografi Indonesia di
Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Lokakarya tiga hari itu itu diselenggarakan Pusat Studi Sosial Asia TenggaraUniversitas Gadjah Mada dan Australian
Research Council, dihadiri 40-an peneliti sejarah dari dalam dan luar negeri(Malaysia dan Australia).
Sejarah dari perspektif feminis dan historiografi yang berkeadilan merupakankonsep yang ditawarkan Ruth, dikuatkan
Agung Ayu, yang mempertanyakan arti "sejarah" di luar kerangka"sejarah nasional". Sejarah "babon" atau "induk"itu,
menurut dia, mengesampingkan pemikiran dan pengalaman perempuan serta kelompokyang dipinggirkan.
Peneliti dari Universitas Sydney, Safrina Thristiawati, mengatakan, perempuanmenghilang dari literatur sejarah Indonesia.
Dalam berbagai kajian, perempuan kadang dikatakan berperan penting, tetapibahasannya tidak terlihat.
Dari segi jumlah saja, dari lebih 1.700 buku mengenai sejarah yang diterbitkandi Indonesia sejak tahun 1997, hanya 2
persen yang membahas peran perempuan. Itu pun belum dalam perspektif yang lebihberkeadilan.
Menerobos
Tugas penulisan sejarah berperspektif feminis, menurut Ruth, adalah menerobosdiskursus tentang periodisasi politik
yang dianggap "besar".
Pengalaman ketidakadilan dan ketertindasan perempuan akan lenyap jikadihubungkan dengan periodisasi politik,
terutama yang terkait dengan masalah male-production, yang langsung atau taklangsung membawa perubahan sosial di
Indonesia, di luar peristiwa politik di negeri ini.
Namun, Agung Putri berpendapat, pemilahan masalah politik dan kemanusiaan sulitdilakukan karena kekerasan
terhadap perempuan tidak bisa dilepaskan dari soal politik. Ia mempersoalkanwaktu secara sosial dan dalam tataran
personal, serta mengingatkan perempuan bukan kelompok monolitik.
Hal senada dikemukakan Ruth. Dari segi pemaknaan bahasa yang mudahberubah-ubah, penggunaan "perempuan"
sebagai kategori analitik penelitian dan penulisan sejarah, cukup bermasalah.Di dalam kata "perempuan" juga tidak
terlihat perbedaan kelas, etnis, ras, kelompok politik, dan juga perbedaannyasebagai seks.
Istilah women history atau "sejarah perempuan" sejatinya rentanterhadap ancaman perubahan yang dilakukan penguasa
melalui bahasa. Ini terlihat jelas dari perubahan kata "perempuan"menjadi "wanita", dan dari cara Orde Baru
mengonstruksikan perempuan semata-mata sebagai istri dan ibu.
Agung Putri mempertanyakan di mana perempuan di antara kelompok yang terpinggirdan dipinggirkan, bagaimana posisi
mereka dalam sejarah mulai tahun 1908, bagaimana keterkaitan antara identitasdan rasa kebangsaan setelah revolusi
tahun 1945, dan bagaimana menempatkan fakta yang membanjir dan terusbertubrukan itu dalam konstruksi kesadaran.
"Sampai saat ini tak ada arsip tentang sejarah perempuan diIndonesia," ujar Agung Putri. Gerakan maju perempuan,
menurut dia, tertunda tiga kali dengan penghancuran gerakan perempuan setelahperistiwa 1965.
Berbagai hal juga masih perlu dilacak kesejarahannya. Agung Putri mengusulkanagar dirumuskan kembali arti
"kemerdekaan", "bangsa" serta istilah semacam"patriotisme". Istilah "politik" bagi perempuan tidakmelulu soal
kekuasaan negara, tetapi membumi melalui pengalaman sehari-hari, termasuk diruang domestik.
Sejarah berperspektif feminis, menurut Ruth, bukan merupakan upaya menulissejarah yang androgini bila didasarkan pada keseimbangan representasi kegiatanlaki-laki dan perempuan dalam peristiwa sejarah.
"Historiografi feminis di Indonesia dimaksudkan untuk menyajikan faktasejarah yang berasal dari pengalaman [11]
perempuan yang dipaksa kalah dalam suatu proses penciptaan kebudayaan,"ujarnya.
Agung Putri menambahkan, perspektif tersebut bukan dimaksudkan untuk"mengalahkan" laki-laki, tetapi memperlihatkan
pengalaman perempuan, termasuk perlawanan mereka, sekalipun dilakukan denganmembisu. "Bukan dengan meratapi
nasib," ujarnya.Tugas penulisan sejarah feminis, menurut Ruth,menanggalkan status perempuan sebagai korban dan selanjutnya menempatkan merekasebagai pencipta sejarah.
Dalam hal ini, Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan telahmengangkat perempuan korban tragedi tahun 1965 sebagai human rights defenderdalam peringatan Human Rights Defender’s Day bulan November tahun lalu.
Sejarah "alternatif" atau apa pun namanya di luar sejarah sejarah"babon" itu, menurut Agung Putri, membutuhkan dialog
terus-menerus dengan pihak yang kalah dan yang dipaksa kalah. Dengan demikian,sejarah ditulis secara lebih
berkeadilan.
Sejauh ini, perspektif feminis belum banyak digunakan. Dalam konteks tertentu,antropolog dari Belanda, Dr Saskia
Wieringa, melakukannya dalam penelitiannya yang telah diterbitkan, ThePolitization of Gender Relations in Indonesia,
Women’s Movement and Gerwani Until the New Order State. Kalyanamitra dan GarbaBudaya menerjemahkannya dalam
buku berjudul Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia (1999).sedangkanpergerakan peremupuan di Indonesia sendiri berangsur –angsur mulai terlihatwalau tak semenyala- yala di dunia barat,muali bermunculan tokoh perempuandiantaranya RA.kartini,dewi Sartika,dll
dari ulasan diatas menurut saya peregerakan perempuan yang berdasarkan teoriatau pun konsep feminis tidaklah tepat apabila di terapkan di Indonesia baiksecara kultur ataupun kebudayaan bangsa kita berbeda dengan dunia barat.
Daftar referensi
[1] http://www.artikata.com/arti-346163-prostitusi.html
2 Analisisgender & transformasi sosial; hlm : 78
3 Jurnal perempuan, hlm: 24
4 Jurnalperempuan 2011 rujukan
4 Jurnalperempuan 2011 rujukan
6 Sarinah: hlm,9
7 Peremempuandimata sukarno,hlm : 34
8 Wartaperempuan bergerak:2012
9 Sarinah,Kewajibanperempuan hlm: 35
10 Sejarahpergerakan perempuan dunia,2010
11 http://kompas.com/kompas-cetak/0707/30/swara/3723121.htm
Daftar Pustaka
Soyomukti,Nurani, permpuan dimata sukarno,Jogjakarta: garasi.2009
Sukarno,Sarinah“kewajiban wanita indonesia:1963
Dyayadi,Sarinahmengenai wanita dalam buku sarinah, kutim:Qiyasmedia.2010
FakhikMansur,Analisis gender dan transformasi sosial: pustaka belajar:2010
--------------Jurnalperempuan : 2011
--------------------Sejarahpergerakan perempuan dunia : henny.2010
--------------------teorifeminisme;henny.2012
--------------------Makalahpanelis konferensiperempuanjogjkarta: 2013
http://kompas.com/kompas-cetak/0707/30/swara/3723121.htm
[2]Analisis gender & transformasi sosial; hlm : 78
[3]Jurnal perempuan, hlm: 24
[4]Jurnalperempuan 2011 rujukan
[5]Jurnal perempuan 2011 rujukan
[6]Sarinah: hlm,9
[7]Peremempuan dimata sukarno,hlm : 34
[8]Warta perempuan bergerak:2012
[9]Sarinah,Kewajiban perempuan hlm: 35
[10]Sejarah pergerakan perempuan dunia,2010
[11]http://kompas.com/kompas-cetak/0707/30/swara/3723121.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar